Thursday, 9 April 2015

Laporan Praktikum Kimia Organik Pembuatan aspirin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki peranan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang berkhasiat anti piretik dan analgenik. Senyawa aspirin ini tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, jadi untuk memperolehnya perlu  sintesa. Sintesa adalah reaksi kimia antara dua zat atau lebih untuk membentuk suatu senyawa baru. Sintesis senyawa organic adalah sintesis teknik preparasi senyawa yag dapat dianggap sebagai seni, salah satu senyawa organik yang dapat disentesis adalah aspirin. Aspirin atau asetosal atau asam asetilsalisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Coretx salicis (Baysinger, 2004).
Aspirin adalah salah satu jenis obat yang palin dikenal. Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk(puyer). Dalam menyambut piala dunia FIFA 2006 di Jerman, replica tablet aspirin raksasa di pajang di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, land der Ideen (“Jerman, negeri berbagai ide”). Orang Romawi dan Yunani kuno telah menggunakan sejenis aspirin yang diekstrak dari sejenis tumbuhan sebagai analgesic (penghilang rasa sakit). Selain itu, aspirin juga dikenal sebagai antipyretic (penurun demam), dan anti inflamasi. Penggunaan lain aspirin digunakan untuk mencegah thrombus koroner dan thorombus vena-dalam berdasarkan efek penghambat agregas trombosit. Laporan menunjukkan bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat mengurangi incident infark miokard akut, dan kematian pada penderita angina tidak stabil (Tjay,1978). Sedangkan efek samping dari aspirin yang sering terjadi yaitu tukak lambung, kadang-kadang disertai anemia sekunder (Baysinger, 2004).
Tidak dapat dipungkiri bahwa obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia adalah turunan dari asam benzoate, asam o-hidroksi benzoate atau asam salisilat yang dibuat dari fenol dan karbondioksida. Meskipun cara kerja yang tepat dari asam salisilat tidak diketahui dengan baik efek-efek berguna dari ester-ester dari asam ini telah diketahui sejak dahulu kala, daun-daun yang mengandung jumlah yang cukup dari senyawa-senyawa penawar rasa sakit dan demam ini telah dikelola oleh dokter-dokter zamakn dahul kala. Asam salisilat merupakan suatu unsure aktif dari salisilat adalah obat penawar rasa sakit. Aspirin dengan esternyadengan asam asetat, kurang bersifat asam dan kurang mengiritasi (Baysinger, 2004).
1.2         Tujuan Praktikum
Adapuntujuandaripraktikuminiadalahsebagaiberikut :
1.        Membuat aspirin dalamskala labor
2.        Mengamati dan Mempelajari reaksi pembentukan aspirin
3.        Menghitungpersentase aspirin yang dihasilkan




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Pengertian Aspirin
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi yang memasukkan gugus asetil ke dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida asetat dengan bantuan sedikit asam sulfat pekat sebagai katalisator(Baysinger,2004).
Gambar 2.1 Persamaanreaksipembuatan aspirin ( Marry, 2010 ).
Pada pembuatan aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin (asam asetil salisilat) bersifat analgesik yang efektif sebagai penawar nyeri. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflamasi untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipretik yang berfungsi sebagai obat penurun demam. Biasanya aspirin dijual dalam bentuk garam natriumnya, yaitu natrium asetil salisilat(Baysinger,2004).
Gambar 2.2 Struktur kimia aspirin (Marry, 2010 ).
Tabel 2.1 sifatasamsalisilat (Baysinger,2004).

RumusMolekul
C9H8O4
Beratmolekul
180,16
Namakimia
Asamasetilsalisilat
Pemerian
Hablurputih, umumnyasepertijarumataulempengantersusun, atauserbukhablurputih, tidakberbauatauberbaulemah. Stabil di udarakering, di dalamudaralembabsecarabertahapterhidrolisamenjadiasamsalisilatdanasamasetat.
Kelarutan
Sukarlarutdalam air, mudahlarutdalametanol, larutdalamkloroform, dandalameter, agaklarutdalametermutlak.

2.2     SejarahPerkembangan Aspirin
Sejarah penemuan aspirin sudah diawali sejak ribuan tahun lalu sejak zaman Yunani kuno di mana pada saat itu orang Yunani kuno dan Hippocrates menggunakan kulit pohon Willow sebagai obat penghilang rasa sakit, demam, dan peradangan kemudian khasiat obat ini tersebar luas (Baysinger,2004).
Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin. Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fentana melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa dari daun willow sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki aktivitas antipretik yang mampu menyembuhkan demam. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck pada 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal senyawa salisin dalam kondisi yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3(George Austin, 1984 ).
Bayer adalah perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin. Pada tahun 1845, Arthur Eichengrum dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897, Felix Hoffman berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin( Marry, 2010 ).
2.3     Pembuatan Aspirin
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian (George Austin, 1984 ).
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetatanhidratmenggunakan katalis asamsulfat (H2SO4)  pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh :
a.              Sintesa Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersamakarbondioksida(CO2) pada tekanan tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat(George Austin, 1984 ).
b.             Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan asam sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi(George Austin, 1984 ).
Untuk membentuk aspirin, asam salisilat di reflux bersama asetat anhidrat di dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg (George Austin, 1984 ).
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan aspirin memiliki sifat-sifat tertentu, berikut ini nama dan sifat dari bahan-bahan tersebut :
1.             Asam salisilat
Asam salisilat merupakan merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas dua kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Turunannya yang paling dikenal adalah asam asetil salisilat(Baysinger,2004).
Tabel 2.2Sifat fisika asam salisilat(Baysinger,2004).
% UnsurPenyusun
C = 7 (43,75 %), H= 6 (37,5 %), O= 3 (18,75%)
RumusMolekul
C7H6O3
BobotMolekul
138,12 gr/mol
Titikleleh
156oC
Densitas
1,443 g/ml
Titiknyala
76oC
TekananUap
1 mmHg pada 330C
DayaLedak
1,146 g/cm3

Tabel 2.3 Sifat kimia asam salisilat(Baysinger,2004).
Kelarutan
Larutdalam 550 bagian air dandalam 4 bagianetanol (95 %), mudahlarutdalamkloroformdandalameter.
SifatLainnya
Tidakcepatmenguap, tidakmudahterbakar.
                                                                                   
2.             AsetatAnhidridat
Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut senyawa organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin, dan dapat digunakan untuk membuat acetylmorphine. Asam asetat anhidrat paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat untuk menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan  lapisan kain(Baysinger,2004).
Tabel 2.4Sifat fisika asetat anhidrat(Baysinger,2004).
%UnsurPenyusun
 C= 1(16,67%), H= 4 (66,67%), O= 1 (16,67%)
Rumusmolekul
(CH3CO)2O
Beratmolekul
102,09 gr/mol
Titikdidih (760 mmHg)
139,060C
Titikbeku
-730C
Panaspembakaran
431,9 kkal/mol
Tekanankritis
46.81 atm
Suhukritis
2960C
Densitaspada 20°C
1.08 g/ml
Viskositaspada 25°C
0.843a.s

Tabel 2.5 Sifat kimia asetat anhidrat (Baysinger,2004).
SifatLainnya
Mudahmenguap, mudahterbakar, disimpan di lemariasam.

3.             Asam sulfat
Asam sulfat H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia (Baysinger,2004).
Tabel 2.6 Sifat fisika Asam Sulfat (Baysinger,2004).
% UnsurPenyusun
H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4 (57,14%)
RumusMolekul
H2SO4
Bobotmolekul
98,07 gr/mol
Titikdidih
340oC
Titikbeku
10,49oC
Densitas
1,9224 gr/cm3

Tabel 2.7 Sifat kimia asam sulfat(Baysinger,2004).
Kegunaan
Sebagaikatalisator
SifatLainnya
Mudahmenguap, terbakar, disimpanpadalemariasam.

4.             Aspirin
Aspirin adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam) dan peradangan(Baysinger,2004).
Tabel 2.8 Sifat fisika Aspirin(Baysinger,2004).
BobotMolekul
180,2 gr/mol
Titikdidih
1400C
Titiklebur
1380C – 1400C
Beratjenis
1.40 g/cm³
Kelarutandalam air
10    mg/mL (20°C)

Tabel 2.9 Sifat kimia aspirin(Baysinger,2004).
Kelarutan
Larutdalam air, mudahlarutdalametanol, larutdalamkloroform,dandalameter, sukarlarutdalametermutlak.
SifatLainnya
Tidakmudahterbakar, disimpanpadatemapat yang steril.

5.             Besi (III) Klorida
Besi(III) klorida memiliki titik lebur yang relatif rendah dan mendidih pada 315°C. Uapnya merupakan dimer Fe2Cl6, yang pada suhu yang semakin tinggi lebih cenderung terurai menjadi monomer FeCl3, daripada penguraian reversibel menjadi besi(III) klorida dan gas klorin (Baysinger,2004).
Tabel 2.10 Sifat fisika Ferri klorida (Baysinger,2004).
Nama lain
Besi (III) klorida
Rumusmolekul
FeCl3
BeratMolekul
162,22 gr/mol
Densitas
2,898 g/cm3
Titikdidih
315OC
Titiklebur
282OC



Tabel 2.11 Sifat kimia ferri klorida(Baysinger,2004).
Kelarutan
Larutdalam air, larutanberpalensiberwarnajingga.
Penyimpanan
Dalamwadahtertutuprapat.
Kegunaan
Sebagaiindikatorujikemurniaan aspirin
SifatLainnya
Mudahmenguap ,merupakanasamlewis yang relative kuat.

Persamaan reaksi pembentukan aspirin adalah sebagai berikut:
Gambar 2.3 Reaksi pembentukan aspirin ( Marry, 2010 ).
2.4     Proses KristalisasidanRekristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau suatu lelehan. Disamping untuk pemisahan bahan padat dari larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat yang sudah berbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang atau rekristalisasi. Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Kemurnian zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat telarut, sehingga za-zat ini dapat dipisahkan dari pengotornya (Austin, 1984).
Sebagian materi padat baik alami maupun buatan terdapat dalam bentuk kristal. Bentuk dari kristal dapat berupa kubik, orthorhombic, heksagonal, monoklinik, triklinik, dan trigonal. Namun banyak dari kristal ini berupa polycrystalline yang juga terbentuk dari kristal tunggal. Dalam kehidupan sehari-hari, kristal tunggal yang sering dikonsumsi oleh manusia, antara lain kristal garam dan gula(Austin, 1984).
Seperti dijelaskan di atas, proses kristalisasi dimulai dengan menambahkan senyawa yang akan dimurnikan dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada level super jenuh. Pada keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan, maka molekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut mengendap(Austin, 1984).
Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah nukleasi primer atau pembentukkan inti, yaitu tahap dimana kristal-kristal mulai tumbuh namun belum mengendap. Tahap ini membutuhkan keadaan superjenuh dari zat terlarut. Saat larutan didinginkan, pelarut tidak dapat menahan semua za-zat terlarut, akibatnya molekul-molekul yang lepas dari pelarut saling menempel dan mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin banyak inti-inti yang bergabung, maka akan semakin cepat pula pertumbuhan kristal tersebut.Tahap kedua setelah nukleasi primer adalah nukleasi sekunder. Pada tahap ini petumbuhan kristal semakin cepat, yang ditandai dengan saling menempelnya inti-inti menjadi kristal-kristal padat(Austin, 1984).
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin. Seringkali senyawa yang diperoleh dari hasil suatu sintesis kimia memiliki kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa tersebut perlu dilakukan rekristalisasi.Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan (refluks) sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar, senyawa tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut (Austin, 1984).
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi tidak dikenal secara pasti, maka kita setidaknya harus mengenal komponen penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah senyawa organik, maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut. Dengan kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi(Austin, 1984).


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1         Bahan-bahan yang Digunakan:
1.    Alkohol
2.    Aquadest
3.    Asam asetat glasial
4.    Asam salisilat
5.    Asam sulfat pekat
6.    Ferri klorida
3.2         Alat-alat yang Digunakan:
1.    Batang pengaduk                                  7.    Pipet tetes
2.    Gelas piala                                            8.    Pompa vakum
3.    Kaca arloji                                            9.    Tabung reaksi
4.    Kertas saring                                         10. Termometer
5.    Labu didih dasar bulat                          11. Timbangan analitik                  
6.    Penangas air                                                                                     
3.3    Prosedur Percobaan
3.3.1    Pembuatan aspirin
1.    Asam salisilat sebanyak5 gramdimasukkan ke dalam labu didih dasar bulat(reaktor) kemudianditambahkan denganasam asetat glasialsebanyak 12  ml sedikit demi sedikit serta 4 tetesasam sulfat pekat.
2.    Labu didih digoyang-goyangkan agar zat tercampur dengan baik(dilakukan dalam lemari asam).
3.    Campuran dipanaskan dengan penangas air pada temperatur 500C -600C sambil diaduk selama 15 menit.
4.    Campuran dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar, sambildiaduk sekali-sekali.
5.    Aquades sebanyak60 ml ditambahkankedalamcampuran, kemudian diaduk sempurna.
6.    Selanjutnya endapan disaringmenggunakan pompavakum.
3.3.2    Rekristalisasi aspirin (pemurnian aspirin)
1.    Aspirin dilarutkan dengan15 ml alkohol hangat (dalam labu didih dasar bulat).
2.    Air hangat sebanyak40 ml dituangkan ke dalam larutan aspirin-alkohol.
3.    Labu didih dipanaskan sampai zat-zat larut dengan baik (dalam penangas air). Bila terbentuk endapan, larutan disaring dalam keadaan panas dengan cepat.
4.    Larutan jernih didinginkan menggunakan batu es.
5.    Larutan tersebut diamati sampai kristal yang terbentuk cukup banyak.
6.    Larutan dan endapan disaringmenggunakan kertas saring dengan corong buchner,sebelumnya kertas saring yang digunakanditimbang terlebih dahulu.
7.    Endapan dikeringkan pada suhu kamar.
8.    Berat aspirin yang terbentuk ditimbang bila telah kering.
9.    Rendemennya kemudian dihitung.
3.3.3           Uji kemurnian aspirin
1.    Kristal aspirin hasil rekristalisasidimasukkan dalam tabung reaksi (cukup diambil sedikit), kemudian asam salisilat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda (dengan kadar sama sebagai pembanding).
2.    Kristal aspirin dan asam salisilat dilarutkan menggunakan alkohol masing-masing sebanyak 1 ml.
3.    Larutan ferri klorida sebanyak 3 tetes ditambahkan pada setiap tabung reaksi dan diamati, bila larutan aspirin berubah warna menjadi ungu berarti aspirin yang dibuat belum murni.
4.    Jika aspirin belum murni, rekristalisasi terhadap aspirin diulangi dengan cara seperti diatas.
3.3.4    Rangkaian alat
Gambar 3.1 Rangkaian pompa vakum (Tjay, 1998)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil Praktikum
Data yang didapat:
v  Kertas saring                           : 1,074 gram
v  Kertas saring + sampel            : 4,78 gram
v  Aspirin yang didapat               : 3,706 gram
·         Massa Relatif         : 180 gram/ml
v  Asam salisilat                          : 5 gram
·         Berat Jenis              : 1,44 gram/ml
·         Massa Relatif         : 138 gram/ml
v  Asam Asetat anhidrat              : 12 ml
·      Berat Jenis              : 1,08 gram/ml
·      Massa Relatif          : 102 gr/mol
v  Asam Sulfat pekat                   : 4 tetes
v  Alkohol                                   : 15 ml
v  Akuades                                  : 40 ml
v  FeCl3                                       : 3 tetes

Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Aspirin
No
Perlakuan
pengamatan
1
5 gram asamsalisilat + 12 ml asamasetatanhidrat
Putihkeruh
2
5 gram asamsalisilat + 12 ml asamasetananhidrat + 4 tetesasamsulfatpekat
Birukeruh, setelahdiadukmenjadibenig
3
5 gram asamsalisilat + 12 ml asamasetatanhidrat + 4 tetesasamsulfatpekat + 60 ml akuades
Putihkeruh
5
Endapandisaringdenganpompavakum
Berat aspirin 6,547 gram

Tabel 4.2 Hasil Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin)
No
Perlakuan
Pengamatnan
1
Aspirin + 15ml alkohol + 40 ml air hangat, dipanaskan 500-600 C
Sebagianendapatlarut, sebagianlagitidaklarut
2
Larutan + endapan, saring
Endapanputih
3
Filtratnyadidinginkan
Kristal +larutan
4
Kristal + larutan, disaring
Kristal menjadingkeering
5
Berat aspirin kering
3,706 gram

Tabel 4.3 Hasil Uji Kemurnian Aspirin
No
Perlakun
pengamatan
1
Kristal aspirin + 1 ml alkohol
Lerutanbening
2
Kristal aspirin + 1 ml alkohol + 3 tetes FeCl3
Lerutanmenjadibeningkeunguan

Asam salisilat + anhidrat asetat                      aspirin + asam asetat
M    0,036mol             0,1270mol
B     0,036 mol            0,036mol                                   0,036
S     –                          0,091                                         0,036

m.aspirin teori                           = n x Mr
                                                  = 0,038 mol x 180 gr/mol
                                                  =6,48 gram

% rendemen                               x 100 %
                                                 
                                                   x 100 %       = 57,19 %
4.2       Pembahasan
            Sintesa asam asetil salisilat berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dengan asetatglasial dengan menggunakan asamsulfat pekat sebagai katalisator. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
            Digunakan asetat glasialdimaksudkan karena asetat glasial tidak mengandung air dan mudah menyerap air sehingga air yang dapat menghidrolisis aspirin menjadi salisilat dan asetat dapat dihindari. Penggunaan asetat glasial juga dimaksudkan agar mencegah adanya air, karena jika terdapat air maka kristal dari aspirin akan terurai menjadi asam salisilat dan asetat glasial kembali atau dengan kata lain reversible (reaksi bolak balik). Penambahan asam sulfat pekat pada larutan campuran asam salisilat dengan asetat glasial adalah berfungsi sebagai kataliastor, jadi asam sulfat berfungsi untuk mempercepat terjadinya sintesadengancara menurunkan energi aktivasi sehingga energi yang diperlukan dalam sintesa sedikit.
            Setelah asam salisilat tercampur sempurna maka larutan dipanaskan dengan menggunakan penangas air, hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang ada pada bahan sehingga aspirin yang diperoleh nanti memiliki kemurniaan tinggi. Selain itu fungsi dari pemanasan adalah untuk memepercepat kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan sempurna, hal ini dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak kinetik dari molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi akan semakin cepat dan reaksi berjalan cepat.
            Berat aspirin kasar basah yang kami dapatkan pada praktikum yaitu 6,77 gram. Aspirin kasar ini kemudian dimurnikan dengan melarutkannya dalam 15 ml alkohol dan 40 ml air hangat, agar aspirin larut sempurna dilakukan pemanasan pada suhu 500C-600C. Dengan demikian aspirin akan larut dan dapat dipisahkan dari pengotornya dengan penyaringan menggunakanpompa vakum.
            Setelahitu dilakukan proses rekristalisasi menggunakan dua pelarut (alkoholdan air) supaya mendapatkan kristal yang bagus dan hasil yang maksimum. Dalam hal ini alkohol berperan untuk melarutkan sedangkan air berperan untuk mengkristalkan. Syarat pelarut rekristalisasi adalah dalam keadaan panas maupun dingin, aspirin tetap larut dalam alkohol sehingga perlu ditambahkan air untuk membantu mengkristalkan aspirin. Akan tetapi penambahan air dilakukan setelah aspirin larut dalam etanol. Karena aspirin akan berubah menjadi asam asetat jika terkena air langsung.
            Filtrat hasil penyaringan mengandung aspirin murni didinginkan dan dibiarkan membentuk kristal aspirin, setelah tidak lagi terbentuk kristal. Kristal disaring dan dikeringkan. Hasil kristal aspirin murni yang didapat yaitu 3,706 gram.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mereaksikan bahan-bahan, yaitu alat-alat yang digunakan harus bebas air (kering),jika aspirin yang sudah terbentuk terkena air, maka aspirin akan berubah kembali menjadi asam asetatdan tidak dapat dipakai kembali.Reaksi akan berlangsung dengan baik pada suhu 500C-600C. Pada suhu tersebut merupakan suhu optimal pada pembentukan aspirin (reaksi berlangsung cepat tetapi ikatan ester aspirin tidak lepas). Jika suhu yang digunakan di atas 600C maka ester yang terbentuk dapat terurai sehingga aspirin tidak terbentuk. Dikarenakan titik leleh aspirin di atas 700C. dan bila suhu yang digunakan dibawah 500C maka reaksi yang terjadi akan berlangsung lambat. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Lalu didiamkan sampai dingin dan di uji dengan larutan FeCl3, supaya kita dapat mengetahui apakah masih ada asam salisilat yang tersisa (yang belum beraksi dengan asetat glasial) untuk membentuk aspirin. Jika masih ada asam salisilat, maka larutan yang telah ditambahkan FeCl3, akan berwarna ungu. Jika semua asam salisilat sudahberubah menjadi aspirin maka larutan tersebut akan berwarna bening bila ditambahkan FeCl3. Apabila masih ada asam salisilat maka harus dilakukan rekristalisasi ulang sampai tidak berwarna ungu lagi saat di uji dengan FeCl3











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Kesimpulan
1.    Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan asetat glacial menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis.
2.    Hasil rekristalisasi aspirin dalam pratikum berwujud kristal.
3.    Berat aspirin yang didapatkan dari percobaan yaitu 3,706 gr, dengan rendemen sebesar 57,19 %.
4.    Pada proses pengujian dengan menggunakan FeCl3, warna larutan tetap bening yang menandakan aspirin telah murni.
5.2     Saran
1.    Sebaiknya melakukan pencampuran zat-zat untuk membuat aspirin dilakukan di dalam lemari asam dengan hati-hati.
2.    Jaga rentang suhu pada saat pemanasan karena suhu tinggi menyebabkan zat terurai.
3.    Lakukan penyaringan zat pengotor dengan segera setelah aspirin dipanaskan agar aspirin yang didapat lebih murni.











Daftar Pustaka
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co: Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Marry, Bellis. 2010. “Aspirin”, http://inventors.about.com,DiaksesRabu18 Maret 2015.

Mimir. 2011. Aspirin atau Asam Asetilsalisilat (Asetosal). http://robbaniryo.com, Kamis19 Maret2015.

1 comment: